Nazar Abdul Mutthalib untuk Menyembelih Salah Seorang Anaknya

MENURUT sebagian besar orang, dan hanya Allah yang lebih tahu, Abdul Muthalib bernazar tatkala dia mendapatkan dari orang-orang Quraisy saat menggali sumur Zamzam bahwa jika ia mempunyai sepuluh anak dan mereka besar sementara ia mampu melindunginya, ia akan menyembelih salah seorang dari mereka untuk Allah di samping Ka’bah.

Ketika anaknya sudah berjumlah sepuluh, dan ia mengetahui bahwa mereka akan mencegah dan menghalanginya. Maka iapun mengumpulkan anak-anaknya untuk menjelaskan nazarnya serta mengajak mereka menetapi nazar untuk Allah itu. Mereka mentaatinya dan berkata, “Apa yang semestinya harus kami lakukan?”

Abdul Muthalib berkata, “Setiap orang dari kalian mengambil satu dadu lalu menulis namanya di atasnya, lalu tunjukkan hasilnya padaku.”

Merekapun mengerjakan apa yang diperintahkan Abdul Muthalib lalu mereka menemui bapaknya. Abdul Muthalib membawa mereka ke Patung Hubal di dalam Ka’bah. Patung Hubal terletak di atas sumur di dalam Ka’bah. Sumur tersebut adalah tempat dikumpulkannya apa yang mereka persem- bahkan untuk Ka’bah. Di sisi Patung Hubal terdapat tujuh dadu dan pada setiap dadu terdapat tulisan Al-‘Aqlu (diyat, denda atas darah). Pada saat itu jika orang-orang Quraisy, berselisih tentang siapa yang berhak menanggung tebusan, mereka mengocok ketujuh dadu tersebut. Jika yang keluar Al-‘Aqlu, maka diyat harus ditanggung oleh orang yang keluar namanya pada dadu tersebut.

Di antara dadu tersebut terdapat tulisan Na’am untuk satu hal yang mereka inginkan. Jika mereka menginginkan sesuatu, mereka mengocok kotak dadu. Jika yang muncul adalah dadu yang bertuliskan Na’am, mereka mengerjakan apa yang diinginkan. Ada pula dadu yang bertuliskan Laa. Jika mereka menginginkan sesuatu, mereka mengkocok dadu. Apabila yang muncul adalah dadu yang bertuliskan Laa mereka tidak mengerjakan apa yang diingkan. Ada pula dadu yang bertuliskan Minkum, ada yang bertuliskan Mulshaq, ada tulisan Min Ghairikum, dan Al-Miyahu.

Apabila mau menggali sebuah sumur mereka mengocok dadu, dan tulisan apapun yang keluar maka mereka mengerjakan sesuai dengan tulisan yang muncul itu. Jika orang-orang Quraisy mau mengkhitan, atau menikahkan anak-anak atau memakamkan jenazah mereka, atau ragu-ragu mengenai garis keturunan salah seorang dari mereka, mereka pergi membawa orang itu kepada Hubal sembari tidak lupa membawa uang sejumlah seratus dirham dan hewan sembelihan kemudian mereka memberikannya kepada penjaga dadu.

Mereka mendekatkan sahabat yang mereka inginkan sesuatu padanya sambil berkata, “Wahai Tuhan kami, inilah Si Fulan bin Fulan. Kami menginginkan ini dan itu untuknya. Maka tampakkanlah kebenaran baginya.”

Kemudian mereka berkata kepada penjaga kotak dadu, “Lakukan undian dengan dadu itu!” Jika yang muncul dadu yang bertuliskan Minkum, maka orang tersebut menjadi bagian dari mereka. Jika yang muncul dadu yang bertuliskan Min Ghairikum, orang tersebut menjadi sekutu bagi mereka. Jika yang keluar adalah dadu yang bertuliskan Mulshaq, maka orang tersebut akan ditempatkan sesuai dengan kedudukan yang ada di tengah mereka; tidak mempunyai nasab dan persekutuan. Jika yang muncul adalah dadu yang bertuliskan Na’am, mereka mengerjakan hal tersebut. Jika yang keluar adalah dadu yang bertuliskan Laa, mereka menunda perkara tersebut hingga tahun depan lalu pada tahun berikutnya mereka datang kembali.

Jadi mereka menggantungkan segala perkara mereka kepada dadu yang muncul. Abdul Muthalib berkata kepada penjaga dadu, “Undilah anak-anakku sesuai dengan dadu mereka.”

Abdul Muthalib memberikan penjelasan pada penjaga dadu tentang nazarnya, kemudian penjaga dadu memberi dadu untuk setiap anak-anak Abdul Muthalib sesuai dengan nama yang ada di dalamnya. Adapun Abdullah bin Abdul Muthalib adalah anak terakhir Abdul Muthalib. Ibu Abdullah, Az-Zubayr, dan Abu Thalib adalah Fathimah binti Amr bin Aidz bin Abd bin Imran bin Makhzum bin Yaqazhah bin Murrah bin Ka ab bin Luay bin Ghalib bin Fihr. Ibnu Hisyam berkata: A’idz anak Imran bin Makhzum. Ibnu Ishaq berkata: Menurut sebagai pakar, Abdullah merupakan anak yang paling dicintai oleh Abdul Muthalib.

Abdul Muthalib memandang, jika ternyata dadu mengenai dirinya maka dia akan disisakan. Ia adalah ayah Rasulullah Shallalahu ‘alaihi wasallam. Tatkala penjaga dadu mengambil dadu untuk mengadakan undian, Abdul Muthalib bangkit dari duduknya kemudian berdoa kepada Allah di sisi Hubal, sementara penjaga dadu mengocok dadunya, namun ternyata dadu yang muncul adalah atas nama Abdullah. Abdul Muthalib memanggil Abdullah dan mengambil pisau panjang lalu membawa Abdullah ke patung Isaf dan Nailah untuk di sembelih. Orang-orang Quraisy beranjak dari balai pertemuan mereka dan datang menemui Abdul Muthalib.

Mereka berkata, “Apa yang engkau mau, wahai Abdul Muthalib?”

Abdul Muthalib menjawab, “Aku akan membunuhnya.”

Orang-orang Quraisy dan anak-anak Abdul Muthalib berkata, “Demi Allah, engkau tidak boleh membunuhnya sampai kapan pun hingga engkau memberi argumen kuat atas tindakanmu ini. Jika engkau tetap ngotot menyembelihnya, pastilah setiap orang akan menyembelih anaknya. Lalu bagaimana jadinya manusia nanti?”

Al-Mughirah bin Abdullah bin Amr Makhzum bin Yaqazhah berujar kepada Abdul Muthalib, “Demi Allah, janganlah engkau menyembelihnya hingga engkau mampu mendatangkan argumen kuat atas penyembelihannya. Jika tebusannya adalah dengan harta, kita pasti menebusnya.”

Orang-orang Quraisy dan anak-anak Abdul Muthalib berkata kepadanya, “Hentikan niatmu itu! Bawalah dia ke Hijaz, karena di sana ada seorang wanita juru ramal yang memiliki pendamping jin. Tanyakan padanya, dan engkau harus taat kepada keputusannya. Jika ia memerintahkanmu untuk menyembelih anakmu maka engkau harus menyembelihnya. Jika ia menyuruhmu mengerjakan sesuatu dan di dalamnya terdapat jalan keluar bagimu dan baginya maka engkau hendaknya menerima dengan lapang hati.”

Mereka pun berangkat. Setiba di Madinah, mereka tidak mendapatkannya di tempatnya. Peramal wanita itu ternyata sedang berada di Khaybar. Merekapun segera memacu kendaraannya menuju ke Khaybar. Ketika tiba di Khaybar, mereka bertanya kepada tukang ramal wanita tersebut. Sementara Abdul Muthalib bercerita mengenai dirinya, anaknya, apa yang ia inginkan pada anaknya serta tentang nazarnya tersebut.

Dukun wanita itu berkata, “Pulanglah kalian pada hari ini untuk sementara, hingga jinku khadamku datang kepadaku sehingga aku bisa menanyakan masalah ini kepadanya.”

Mereka keluar dari rumah peramal wanita itu. Ketika mereka telah keluar Abdul Muthalib berdiri dan berdoa kepada Allah. Usai berdoa, mereka balik kembali ke rumah peramal wanita itu. Peramal wanita itu berkata kepada mereka, “Aku telah mendapatkan bisikan. Berapa jumlah diyat di tempat kalian?”

Mereka menjawab, “Sepuluh unta.” Jumlah diyat kala itu memang sepuluh unta.

Peramal wanita itu berkata, “Kembalilah kalian semua ke negeri kalian! Kurbankanlah sahabat kalian itu (maksudanya Abdullah) dan kurbankan pula sepuluh unta. Kemudian buatlah dadu atas nama unta dan dadu atas nama sahabat kalian. Jika ternyata dadu keluar atas nama sahabat kalian, maka tambahkan unta hingga Tuhan ridha kepada kalian. Jika ternyata dadu keluar atas nama unta, sembelihlah unta tersebut sebagai ganti sahabat kalian, karena Tuhan telah ridha kepada kalian itu sedangkan sahabat kalian telah selamat.”

Mereka pun pulang. Setiba di Mekkah, mereka mufakat untuk menjalankan perintah paranormal wanita itu, Abdul Muthalib berdiri dan berdoa kepada Allah. Mereka memposisikan Abdullah sebagai kurban dan sepuluh unta sebagai kurban yang lain sedangkan Abdul Muthalib tetap berdiri dan berdoa kepada Allah di sisi patung Hubal. Mereka mengocok dadu dan ternyata dadu yang muncul adalah dadu atas nama Abdullah. Mereka menambahkan sepuluh unta sehingga unta berjumlah dua puluh ekor. Abdul Muthalib tetap berdiri dan berdoa kepada Allah, sedang mereka mengocok dadu dan kembali dadu yang keluar adalah dadu atas nama Abdullah.

Kembali mereka menambahkan sepuluh unta hingga unta berjumlah tiga puluh. Abdul Muthalib berdiri dan berdoa kepada Allah, sedang mereka mengocok dadu, ternyata dadu yang muncul adalah dadu atas nama Abdullah. Mereka kembali menambahkan sepuluh unta lagi hingga unta berjumlah empat puluh ekor. Abdul Muthalib berdiri dan berdoa kepada Allah, sedang mereka mengocok dadu ternyata dadu yang keluar adalah dadu atas nama Abdullah. Mereka kembali menambahkan sepuluh unta hingga unta berjumlah lima puluh ekor. Abdul Muthalib berdiri dan berdoa kepada Allah, sedang mereka mengocok dadu, ternyata kembali dadu yang keluar adalah dadu atas nama Abdullah. Mereka menambahkan sepuluh unta lagi hingga unta berjumlah enam puluh ekor. Abdul Muthalib berdiri dan berdoa kepada Allah, sedang mereka mengocok dadu, ternyata dadu yang keluar adalah dadu atas nama abdullah. Mereka menambahkan sepuluh unta lagi hingga unta berjumlah tujuh puluh ekor. Kemudian Abdul Muthalib berdiri dan berdoa kepada Allah sedang mereka mengocok dadu, ternyata dadu yang keluar dadu atas nama Abdullah. Mereka kembali menambah sepuluh unta lagi hingga unta berjumlah delapan puluh ekor. Kemudian Abdul Muthalib berdiri dan berdoa kepada Allah, sedang mereka mengocok dadu, ternyata nama Abdullah keluar kembali. Mereka menambahkan sepuluh unta lagi hingga unta berjumlah sembilan puluh ekor. Abdul Muthalib berdiri dan berdoa kepada Allah sedang mereka dadu ternyata dadu yang muncul kembali atas nama Abdullah. Mereka kembali menambahkan sepuluh unta hingga unta berjumlah seratus ekor. Kemudian Abdul Muthalib berdiri dan berdoa kepada Allah, sedang mereka mengocok kotak dadu, ternyata akhirnya dadu yang keluar atas nama unta.

Orang-orang Quraisy dan orang-orang yang hadir pada peristiwa tersebut berkata, “Kini tercapailah sudah tercapai keridhaan Tuhanmu, wahai Abdul Muthalib.”

Namun ada yang menyebutkan bahwa Abdul Muthalib berkata, “Tidak! demi Allah, hingga aku mengocok kotak dadu ini hingga tiga kali.”

Kemudian mereka mengocok kotak dadu atas nama Abdullah dan unta, sedang Abdul Muthalib berdiri dan berdoa kepada Allah, ternyata dadu yang keluar adalah dadu atas nama unta. Mereka mengulanginya untuk kedua kalinya, sedang Abdul Muthalib berdiri dan berdoa kepada Allah, ternyata kembali dadu yang keluar adalah dadu atas nama unta. Mereka mengulanginya untuk ketiga kalinya, sedang Abdul Muthalib berdiri dan berdoa kepada Allah, ternyata kembali dadu yang keluar adalah dadu atas nama unta. Kemudian semua unta tersebut disembelih, dan manusia dibiarkan bebas mengambil dan menikmatinya.

Ibnu Hisyam berkata: Hanya manusia dan bukan hewan buas dibiarkan mengambilnya. []

Referensi: Sirah Nabawiyah perjalanan lengkap Kehidupan Rasulullah/ Asy Syaikh Al Muhaddits Muhammad Nashiruddin Al Albani/ Akbar Media

Sumber: Islampos.com

 


Subscribe
Notify of
guest
0 Comments
Inline Feedbacks
View all comments