Sampai di sekolah, teman-temannya malah menertawakannya…
Dream – Pada awal Januari lalu, seorang bocah lelaki di Tiongkok bernama Wang Fuman berjalan sejauh 4,8 kilometer di tengah suhu 9 derajat celcius hanya untuk mengikuti ujian.
Wang berjalan di tengah derasnya hujan salju hanya dengan menggunakan jaket tipis, bahkan tanpa topi.
Ketika memasuki ruang kelas, teman-temannya malah menertawakannya lantaran alis dan rambut Wang tertutup es, pipinya juga memerah karena kedinginan.
Guru yang saat itu menjadi pengawas ujian merasa iba. Sang guru kemudian mempotretnya dan membagikan kisahnya di media sosial.
Tak disangka kisahnya menjadi viral dan dibagikan hampir di seluruh dunia.
Keluarga Miskin
Wang Fuman saat ini berusia 8 tahun. Ia tinggal di sebuah desa kecil di provinsi China Yúnnán bersama nenek dan saudara perempuannya.
Ibunya sudah sejak lama meninggalkan keluarga lantaran masalah ekonomi. Sedangkan sang ayah harus bekerja jauh dari rumah dan hanya bisa berkunjung sekali dalam beberapa bulan.
Tak jarang Wang mengalami hipotermia. Karena kurangnya panas Wang sering mengalami pembengkakan pada jari-jari tangannya, bahkan sempat hingga tak merasakan apa-apa.
Sekolahnya tak memiliki pemanas seperti sekolah lainnya. Alhasil murid-murid harus selalu menggunakan pakaian hangat selama berada di sekolah.
Meski begitu Wang tetap berupaya untuk pergi ke sekolah. Ia benar-benar ingin belajar dan mendapatkan pendidikan yang baik.
Ia merasa menjadi satu-satunya orang yang bisa membantu keluarganya keluar dari kemiskinan.
Ujiannya Selalu Nilai Sempurna
Hal itu pun bukan isapan jempol belaka. Dalam setiap ujiannya, bahkan di ujian terakhir, Wang selalu mendapat nilai sempurna, 99 dari 100!
Prestasi itu membuat Wang dielu-elukan oleh banyak orang. Banyak yang menggangap Wang merupakan simbol kegigigan dan keberanian yang dimiliki China.
Baru-baru ini Wang , saudara perempuannya dan sang ayah diundang ke Beijing. Ia diajak jalan-jalan tour di Beijing. Wang juga sempat menceritakan kehidupannya di rumah dalam sebuah konferensi pers.
‘ Di rumah dingin, kita harus menggunakan arang setiap saat, dan kita tidur dalam mantel,’ ucapnya.
Pengguna internet sangat tersentuh oleh cerita bocah itu sehingga mereka mengumpulkan $ 450.000 untuknya.
Uang ini akan digunakan untuk memperbaiki pemanas sentral di sekolah Wang, dan untuk membeli pemanas dan pakaian hangat untuk anak-anak dari keluarga miskin di provinsi Yúnnán.
Kisah Pilu Bocah 10 Tahun Hidup Sebatang Kara, Saban Hari Makan Nasi & Singkong
Dream – Sungguh sedih dan pilu jika ditinggal oleh kedua orang tua untuk selamanya. Apalagi jika hidup sebatang kara.
Cobaan semakin berat jika yang ditinggalkan itu bukan dari keluarga berada, yang bisa mencukupi kebutuhan hidup sehari-hari.
Bagi orang dewasa, kehilangan orang tua yang jadi tempat bergantung sudah cukup memilukan. Apalagi jika yang mengalaminya masih anak-anak
Seorang bocah lelaki Vietnam berusia sepuluh tahun terpaksa hidup sendirian. Setelah ditinggal neneknya yang tak lama kemudian disusul ayahnya.
Bocah itu dilaporkan telah kehilangan ibunya saat masih kecil, sementara ayahnya dulu bekerja sebagai kuli bangunan di kota.
Hidup Bersama Nenek Tercinta
Sebelumnya, bocah bernama Dang Van Khuyen itu tinggal di desa dengan neneknya dan pergi ke sekolah setiap hari.
Ibunya telah meninggal dunia saat dia masih kecil. Sementara ayahnya hidup terpisah dengan bekerja sebagai kuli bangunan di kota.
Dang Van Khuyen dan neneknya bergantung satu sama lain untuk menjalani kehidupan yang sederhana karena mereka tidak punya banyak uang.
Mereka mendapat kiriman uang setiap bulan dari kota setiap kali ayahnya menerima upah sebagai kuli bangunan.
Nenek Meninggal, Ayah Menyusul Kemudian
Sayangnya, nenek Khuyen meninggal karena usianya sudah tua, meninggalkan cucunya itu sendirian di rumah.
Tak lama kemudian, Khuyen menerima berita mengejutkan lainnya ketika dia berada di sekolah.
Bagaikan sudah jatuh ditimpa tangga, ayahnya dikabarkan meninggal karena kecelakaan kerja.
Dengan tidak ada lagi anggota keluarga yang mengasuhnya, bocah lelaki itu sekarang harus menjalani kehidupan sebatang kara.
Menanam Ubi dan Sayuran Demi Bertahan Hidup
Untuk bertahan hidup sehari-hari, Dang Van Khuyen menanam singkong dan sayuran. Hasilnya dia makan dengan nasi dan sayuran.
Namun Khuyen adalah sosok anak kecil yang sabar dan penuh tanggung jawab. Dia memasak singkong dan sayurannya sendiri.
Semua orang melihat betapa sulitnya kehidupan anak ini. Tetapi Dang Van Khuyen dengan tegar menghadapinya dengan penuh keteguhan hati.
Tetap Bersekolah dan Menolak Diadopsi
Tidak kira cuaca panas atau hujan, anak ini masih pergi ke sekolah dan belajar keras. Pihak sekolah dan pejabat daerah yang merasa kasihan berusaha mencarikan keluarga angkat untuk Dang Van Khuyen.
Namun dengan tegas bocah itu menolak untuk diadopsi. Dia bersikeras ingin hidup sendiri dan mandiri meski sebatang kara.
Sementara itu, guru sekolahnya berhasil mengumpulkan sumbangan sekitar 10 juta dong Vietnam atau Rp6 juta untuk membawa pulang jenazah ayah Khuyen dari kota untuk dimakamkan di desa.
Ketabahan dan kedewasaan Dang Van Khuyen sangat mengesankan netizen. Dia ingin hidup mandiri meskipun baru berusia 10 tahun.